Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1
Tugas 3.1.a.8.2.
Blog Rangkuman Koneksi Antar
materi - Modul 3.1
Oleh : Eka Damayanti
Calon Guru Penggerak Angkatan 10
Pengalaman
pribadi dalam mengikuti kegiatan CGP dan keterkaitan materi di modul sebelumnya
juga menjadi bagian dari pembuatan artikel ini. Terkait modul 3.1
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran di kegiatan Koneksi Antar
Materi CGP yang mana harus membuat tulisan terkait tugas Koneksi Antar Materi
sebelumnya yang sudah saya pelajari.
1.
Bagaimana pandangan Ki Hajar
Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana
sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Salah satu hasil pemikiran Ki
Hadjar Dewantara yang terkenal adalah filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 hal
pokok yaitu : Ing ngarso sung tulodo, artinya di depan menjadi teladan.
Dalam pengambilan keputusan maka seyogyanya seorang guru harus menerapkan
prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang
diambil adalah dapat dijadikan contoh atau teladan bagi murid-murid baik di
kelas maupun kehidupan pribadinya. Dengan pengambilan keputusan yang tepat
terutama dalam proses pembelajaran di kelas, maka akan mampu memberikan
keteladanan kepada siswa dalam hal bagaimana mengambil keputusan yang tepat
yang tentu saja akan berdampak pada kesejahteraan siswa kita. Ing madya
mangun karsa, artinya di tengah membangun. Hal ini seyogyanya keputusan
seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan bagi murid untuk belajar
dan mengembangkan potensi diri. Tut wuri handayani yang artinya di
belakang memberi dukungan dalam penerapannya sebagai pemimpin, keputusan yang
dibutuhkan harus memberikan dukungan, dorongan bagi murid sehingga bisa menjadi
lebih baik.
Berdasarkan hal tersebut guru
sebagai pemimpin pembelajaran seyogyanya menerapkan pengambilan keputusan yang
berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah
pengambilan keputusan dengan berpegang teguh pada prinsip atau filosofi pratap
triloka. Dimana nilai ketiga adalah sebagai teladan, sebagai motivator, pemberi
dukungan yang sejatinya harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran maka
akan memberikan dasar yang baik dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai
tersebut yang ada dalam pemimpin pembelajaran akan mampu menghasilkan
pengambilan keputusan yang tepat, bertanggung jawab dan berpihak pada
kepentingan murid. Filosofi Pratap Triloka khususnya Ing ngarso sung tulodo
memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan
tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan
keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud
filosofi Pratap Triloka Ing madya mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu
murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap
permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan
murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut
Wuri Handayani.
2.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan?
Setiap guru baiknya memiliki
nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang
mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada
murid. Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil
keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri,
reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai
tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi
yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara
logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar)
atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang
menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif
yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan
mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan
yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.
Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak
pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social
emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan
berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk
meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
Nilai-nilai yang dimiliki seseorang
akan pikiran seseorang dalam suatu keputusan. nilai-nilai dalam diri akan
menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah, prinsip kita dalam
memutuskan sesuatu. Sebagai seorang pembelajaran guru berpegang teguh pada
nilai keberpihakan pada murid, nilai religiusitas, dan nilai moral kebajikan
universal serta nilai tanggung jawab sehingga dapat menghasilkan keputusan yang
dapat ditanggung jwabkan. Nilai-nilai dasar pengambilan keputusan tersebut akan
menjadi landasan yang memperkuat dan juga cara pandang terhadap masalah
sehingga dapat mempertajam analisis terhadap kasus dilema etika maupun bujukkan
moral yang dialami dan memperkuat paradigma berpikir maupun berpikir kita
sehingga kita berani dan percaya diri dan juga mampu menghasilkan keputusan
yang bisa diperbuat.
3.
Bagaimana kegiatan terbimbing yang
kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'Coaching'
(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses
pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah
kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut.
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'Coaching' yang telah dibahas pada
modul 2 sebelumnya.
Coaching adalah keterampilan yang sangat penting dalam
menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita
maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah Coaching TIRTA,
kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat
pemecahan masalah secara sistematis. Konsep Coaching TIRTA sangat ideal
apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian
keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Pembimbingan
yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu
saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai
kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat
saya pertanggung jawabkan.
Coaching meliputi proses penjabaran masalah yang akan
diambil keputusannya, dimana coach menguraikan masalahnya dengan membantu
terbuka dan juga pertanyaan reflektif. Coachee juga menganalisis dan
mengumpulkan informasi dan fakta untuk menentukan akar masalahnya, dan coach
mengarahkan Coachee untuk menemukan dan membuat daftar dari beragam
pilihan-pilihan solusi atas masalahnya. Kegiatan terbimbing pada materi
pembelajaran, sangat membantu sekali dalam mengarahkan guru pada pengambilan
keputusan yang tepat dan guru sebagai Coachee dapat menganalisis
keputusan yang telah diambil, dengan pertanyaan – pertanyaan yang bisa
mengembangkan metakognisi/berpikir kritis terhadap keputusan sehingga guru
sebagai Coachee bisa mengeksplor potensi diri dan menghasilkan keputusan
yang berpihak pada murid sehingga gurupun dapat mengoptimalkan potensi siswa
melalui pembinaan dalam pengambilan keputusan. Secara umum proses Coaching
merupakan kegiatan kemitraan antara coach dan Coachee yang membantu Coachee
untuk membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang dihadapi. Tahap demi
tahap proses Coaching dari segi tujuan, masalah, rencana aksi dan berisi
pertanyaan reflektif, terbuka dan efektif yang bisa menggali potensi Coachee
pada proses pengambilan keputusan, terutama 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan bisa dijadikan sebagai panduan coach untuk mengarahkan Coachee
pada pengambilan keputusan yang efektif. TIRTA merupakan
model Coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model
TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan Coaching. Hal ini
penting mengingat tujuan Coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid
agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model Coaching yang
diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah
akronim dari Goal,
Reality, Options dan Will. Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa
tujuan yang hendak dicapai Coachee dari sesi Coaching ini, Reality (Hal-hal
yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri Coachee, Options (Pilihan):
coach membantu Coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama
sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi, dan Will (Keinginan
untuk maju): komitmen Coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan
menjalankannya. Dan
TIRTA akronim
dari: T :
Tujuan, I :
Identifikasi, R :
Rencana aksi, TA:
Tanggung jawab)
4.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan?
Sebagai seorang pendidik, kita
harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas
sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang
menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan
pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat
terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru
dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat
dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah
5.
Bagaimana pembahasan studi kasus
yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik.
Keberpihakan dan mengutamakan
kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi
tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat
permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu
membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah
bujukan moral.
Seorang pendidik ketika dihadapkan
dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara
sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya.
Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah
keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan
yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun
sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral,
agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar
secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa
Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri,
inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan
mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat
sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan
yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.
Nilai-nilai yang dimiliki seseorang
bisa berupa nilai kejujuran, loyalitas, kepedulian, kepedulian terhadap orang
lain, memenuhi janji dan lainnya. Nilai yang ada tersebut akan menentukan
prinsip dalam pengambilan keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran,
dalam membuat keputusan sering menggunakan lebih dari satu pertimbangan tentu
berdasarkan nilai-nilai etika yang dipahami dan dianutnya. Pengambilan
keputusan adalah memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang
efisien sesuai dengan situasi yang dialami. Sehingga nilai-nilai yang dianut
seseorang akan menentukan sudut pandang, kecendrungan paradigma dan prinsip
yang diambil seseorang dalam membuat keputusan. Dilema Etika adalah situasi
dimana terjadi batin karena situasi yang memiliki situasi yang sama namun
bertentangan. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga
keputusan yang diambil mencerminkan nilai-nilai yang dianut atau dijunjung tinggi.
Untuk itu dalam memutuskan kasus dilema etika maka guru harus memegang teguh 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
6. Bagaimana pengambilan keputusan
yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman
Pengambilan keputusan yang tepat
tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika
dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat
dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui
proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka
keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari
pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang
tepat akan memiliki konsekuensi positif terhadap institusi atau lembaga diaman
kita berada. Pengambilan keputusan adalah bagian terberat dari tugas sebagai
pemimpin pembelajaran, karena secara langsung atau tidak langsung keputusan
kita akan berpengaruh terhadap institusi yaitu dalam hal ini sekolah atau
lingkungan tempat kita berada, dan terutama komunitas dimana kita berada atau
siswa yang mungkin juga berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.
Sehingga dalam membuat keputusan
kita harus memikirkan konsekuensi yang efektif dari keputusan kita, dengan
terlebih dahulu memikirkan terlebih dahulu keputusan kita menggunakan
prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang. Karena jika keputusan kita tepat,
maka akan terwujud lingkungan yang positif, juga kondusif serta aman dan
nyaman, karena keputusan kita menentukan hal tersebut dan begitu juga
sebaliknya. Jika kita salah mengambil keputusan, tentu saja konsekuensinya juga
tidak akan baik dan berdampak buruk pada lingkungan dan orang-orang yang
beroperasi secara langsung maupun tidak langsung dengan keputusan kita.
7. Selanjutnya, apakah
kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah
ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Menurut pendapat saya, semua
tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang
digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah
sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam
belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan
kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada
murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan
belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan
dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
Jika masalah yang timbul merujuk
bersinggungan dengan pihak lain baik itu guru ataupun karyawan, maka dalam
menjalankan pengambilan keputusan saya akan menyesuaikan dengan lingkungan baik
jangka pendek atau jangka Panjang yang harus dihadapi setelah keputusan itu
diambil.
8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita?
Keputusan yang kita ambil sebagai
pemimpin pembelajaran tentunya harus memerdekakan murid-murid kita. Keputusan
seorang guru dalam proses pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan
tuntunan yang bisa mengarahkan siswa pada pengembangan potensi, kebebasan
berpendapat dan kebebasan mengekspresikan diri dalam proses pembelajaran
sehingga mereka mendapatkan kebebasan belajarnya
9.
Bagaimana seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa
depan murid-muridnya?
Ketika guru sebagai pemimpin
pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak
pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi
oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan
bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi
pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil
keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya. Dan sebuah
keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu
sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan
murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut
tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa
depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui
pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan
terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk
kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi
konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat
Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya?
Simpulan akhir yang dapat
dari modul ini adalah saat harus mengambil suatu keputusan, seorang pemimpin
harus memperhatikan paradigma dan prinsip pengambilan keputusan, serta
keputusan diambil melalui sembilan tahap pengambilan keputusan.
Keterkaitan modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai
Kebajikan Sebagai Pemimpin dengan modul lainnya:
a)
Keterkaitan dengan modul 1.1.
Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin harus
sesuai dengan salah satu filosofi Ki Hadjar Dewantara, yakni Pratap Triloka:
ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani.
b)
Keterkaitan dengan modul 1.2.
Modul 3.1. tentang pengambilan
keputusan akan sangat mendukung nilai dan peran guru dalam mengambil keputusan,
terutama yang berkaitan dengan pembelajaran yang berpihak kepada siswa.
c)
Keterkaitan dengan modul 1.3.
Modul 3.1. sangat mendukung kemampuan guru dalam
mengambil keputusan terkait pembuatan visi yang akan mendukung terwujudnya
siswa dengan karakter yang sesuai profil pelajar Pancasila.
d)
Keterkaitan dengan modul 1.4.
Saat mengambil keputusan, seorang pemimpin harus
memperhatikan atau menghadirkan budaya positif dalam proses dan hasil akhir
keputusannya.
e)
Keterkaitan dengan modul 2.1.
Seorang guru harus bisa mengambil keputusan
yang terbaik dalam menyusun pembelajaran yang berpihak kepada siswa. Salah
satunya adalah saat memutuskan untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
f)
Keterkaitan dengan modul 2.2.
Saat mengambil keputusan,
seorang pemimpin harus dalam kesadaran penuh, seperti yang sudah dipelajari
dalam modul 2.2.
g) Keterkaitan dengan modul 2.3.
Modul 2.3. membahas topik tentang Coaching. Teknik Coaching bisa digunakan seorang pemimpin dalam membuat sebuah keputusan.
11.
Sejauh mana
pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini,
yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3
prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
a)
Dilema etika (benar vs benar)
adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan
dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sementara itu,
bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang
harus membuat keputusan antara benar dan salah.
b)
Empat paradigma pengambilan keputusan
1)
Individu lawan kelompok (individual vs
community)
2) Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs
long term)
c)
Tiga Prinsip pengambilan keputusan
1)
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
d)
Sembilan langkah pengambilan keputusan
1)
Mengenali nilai yang bertentangan.
2)
Menentukan pihak yang terlibat
3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi
4)
Pengujian benar atau salah
5)
Pengujian paradigma benar lawan benar
6)
Melakukan prinsip resolusi
7)
Investigasi opsi trilema
8)
Buat keputusan
9)
Lihat lagi keputusan dan refleksikan
Hal yang menurut
saya di luar dugaan adalah sebelumnya saya belum mengetahui
istilah-istilah dalam pengambilan keputusan, seperti dilema etika, uji
publikasi, uji panutan, dan lain-lain. Selain itu, hal di luar dugaan saya
adalah ternyata keputusan yang akan kita ambil harus diuji dulu dengan uji
legal, regulasi, intuisi, publikasi, dan idola untuk memastikan dampak dari
hasil keputusan tersebut.
12.
Sebelum
mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa
yang Anda pelajari di modul ini?
Saya pernah dihadapkan pada
situasi moral dilema, yakni saat pembelajaran jarak jauh akibat covid-19. Ada beberapa
siswa yang tidak mengumpulkan tugas. Dilemanya adalah guru harus memberikan
nilai kepada siswa tersebut. Di sisi lain, siswa tersebut tidak mengumpulkan
tugas. Akhirnya, saya memutuskan untuk tetap memberikan nilai, tetapi sebatas
nilai KKM. Bedanya dengan yang saya pelajari di modul ini adalah sebelumnya
saya tidak tahu hal itu disebut dilema moral atau dilema etika. Saya juga
sebelumnya belum tahu tentang paradigma, prinsip-prinsip, dan 9 langkah dalam
pengambilan keputusan. Sebelumnya saya memutuskan suatu masalah hanya dengan
mengidentifikasi masalah dan mempertimbangkan dampak dari keputusan yang akan
dibuat.
13.
Bagaimana
dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara
Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul
ini?
Materi dalam modul ini
berdampak positif bagi saya, terutama saat dihadapkan untuk mengambil suatu
keputusan. Sebelumnya, saya memutuskan suatu masalah hanya dengan
mengidentifikasi masalah dan mempertimbangkan dampak dari keputusan yang akan
dibuat. Namun, sekarang saya bisa mengaplikasikan paradigma, prinsip-prinsip,
dan 9 langkah dalam mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan
14.
Seberapa
penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda
sebagai seorang pemimpin?
Topik modul ini penting bagi
saya sebagai individu karena dalam kehidupan ini kita sering dihadapkan
berbagai permasalahan dan kita dituntut mengambil suatu keputusan yang terbaik
bagi diri kita. Sebagai seorang pemimpin, topik ini juga sangat penting karena
bisa menjadi pedoman saat saya harus membuat suatu keputusan yang dalam hal ini
keputusan tersebut tidak hanya menyangkut diri saya pribadi, tetapi menyangkut
kepentingan orang banyak.
Komentar
Posting Komentar